Jl. Deles Indah Km 2
Kebonarum, Klaten
Artikel
Stres Diam-Diam Merusak Gigimu: Kenali Dampaknya Dan Cara Mencegahnya!
Stres Diam-Diam Merusak Gigimu: Kenali Dampaknya Dan Cara Mencegahnya!
Stres sering dianggap sebagai masalah psikologis semata, tetapi ternyata dampaknya juga bisa dirasakan pada kesehatan gigi dan mulut. Stres yang tidak terkendali dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan tubuh, termasuk kesehatan oral. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana stres dapat berkontribusi pada masalah kesehatan gigi serta langkah-langkah pencegahan yang dapat kamu lakukan.
Pengaruh Stres pada Kesehatan Gigi
1. Bruxism (Kebiasaan Menggemeretakkan Gigi)
Bruxism adalah kondisi di mana seseorang secara tidak sadar menggemeretakkan atau mengepalkan gigi, terutama saat tidur. Stres memicu peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab atas respons “fight or flight” tubuh. Saat stres berlangsung lama, ketegangan otot meningkat, termasuk otot-otot rahang. Ketegangan ini memicu kebiasaan bruxism.
Dampaknya:
Bruxism menyebabkan ausnya lapisan email gigi, sehingga gigi menjadi lebih sensitif terhadap suhu dan tekanan. Selain itu, tekanan berlebih pada gigi juga bisa menyebabkan mikrofraktur, rasa nyeri di area rahang, bahkan gangguan pada sendi temporomandibular (TMJ).
2. Penurunan Kebersihan Mulut
Ketika seseorang mengalami stres, prioritas untuk menjaga kebersihan mulut sering kali menurun. Stres memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatur waktu dan perhatian terhadap rutinitas harian, termasuk menyikat gigi dan menggunakan benang gigi. Stres juga dapat memicu pola makan tidak sehat, seperti konsumsi makanan manis atau minuman berkafein yang meningkatkan risiko penumpukan plak.
Dampaknya:
Penumpukan plak yang tidak dibersihkan akan menyebabkan gigi berlubang (karies) dan peradangan gusi (gingivitis). Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa berkembang menjadi periodontitis.
3. Peningkatan Risiko Penyakit Gusi
Stres kronis meningkatkan risiko terjadinya penyakit gusi, seperti gingivitis dan periodontitis. Stres meningkatkan produksi hormon kortisol, yang berfungsi membantu tubuh menghadapi tekanan. Namun, kadar kortisol yang tinggi secara terus-menerus dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi pada jaringan gusi.
Dampaknya:
Penyakit gusi yang tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan jaringan pendukung gigi, bahkan kehilangan gigi. Periodontitis juga diketahui memiliki kaitan dengan penyakit sistemik, seperti diabetes dan penyakit jantung.
4. Mulut Kering (Xerostomia)
Mulut kering atau xerostomia adalah kondisi di mana produksi air liur menurun. Saat stres, tubuh merespons dengan menekan aktivitas kelenjar saliva melalui aktivasi sistem saraf simpatik. Penurunan produksi air liur menyebabkan mulut menjadi kering.
Dampaknya:
Air liur memiliki fungsi penting dalam membersihkan sisa makanan, menetralkan asam di dalam mulut, dan mencegah pertumbuhan bakteri. Ketika air liur berkurang, risiko gigi berlubang dan infeksi pada jaringan mulut meningkat.
5. Sariawan (Stomatitis Aftosa)
Sariawan sering kali muncul saat seseorang berada di bawah tekanan mental. Stres memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh dan melemahkan sistem imun, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap peradangan. Selain itu, stres juga dapat menyebabkan kebiasaan menggigit bibir atau pipi bagian dalam, yang berkontribusi pada munculnya luka kecil yang berkembang menjadi sariawan.
Dampaknya:
Meskipun sariawan biasanya sembuh dengan sendirinya, kondisi ini bisa sangat mengganggu karena menyebabkan rasa sakit saat makan, berbicara, atau menyikat gigi.
Cara Mengelola Stres untuk Menjaga Kesehatan Gigi
1. Relaksasi dan meditasi latihan relaksasi, seperti yoga dan meditasi dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
2. Konsultasi ke psikolog jika stres terasa sulit diatasi sendiri, konsultasikan dengan psikolog atau konselor untuk mendapatkan dukungan profesional.
3. Jaga kebersihan mulut, meskipun stres melanda, jangan lupa untuk tetap menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan benang gigi (dental floss).
4. Pola hidup sehat, pola makan sehat, olahraga rutin, dan tidur yang cukup dapat membantu mengurangi stres sekaligus menjaga kesehatan tubuh dan gigi.
Stres tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk mengelola stres dengan baik agar terhindar dari berbagai masalah kesehatan gigi. Jika kamu mengalami gejala seperti bruxism atau mulut kering, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter gigi.
Referensi
Agustina, D. (2020). Pengaruh Stres terhadap Kejadian Bruxism pada Mahasiswa Kedokteran Gigi. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 12(1), 45-50.
Wibowo, T. R., & Saraswati, T. (2019). Hubungan Antara Stres Psikologis dan Periodontitis. Jurnal Periodontologi Indonesia, 10(2), 78-84.
Putri, A. P., & Nugroho, R. (2021). Mulut Kering Akibat Stres: Sebuah Tinjauan Literatur. Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut, 9(3), 120-126.
Santoso, E., & Dewi, I. K. (2022). Stres Psikologis sebagai Faktor Risiko Terjadinya Gangguan Sendi Temporomandibular. Jurnal Ilmiah Kedokteran Gigi, 14(4), 189-195.