Artikel

Resorpsi Tulang Rahang: Penyebab, Dampak, Dan Penanganan

Resorpsi Tulang Rahang: Penyebab, Dampak, Dan Penanganan

Resorpsi tulang rahang merupakan proses degeneratif yang ditandai dengan penurunan volume dan kerapatan tulang alveolar, yang berperan penting dalam menopang gigi.

Mekanisme Resorpsi Tulang Rahang

Setelah kehilangan gigi, tulang alveolar kehilangan rangsangan mekanis yang diperlukan untuk mempertahankan strukturnya. Akibatnya, terjadi proses remodeling tulang yang mengarah pada resorpsi. Resorpsi ini dapat bersifat horizontal maupun vertikal, dengan pola horizontal lebih umum ditemukan. Penelitian menunjukkan bahwa resorpsi tulang alveolar lebih signifikan pada rahang atas dibandingkan rahang bawah, dengan gigi insisivus atas menunjukkan tingkat resorpsi tertinggi .​

Faktor Risiko Resorpsi Tulang Rahang

1. Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi merupakan pemicu utama resorpsi tulang alveolar. Tanpa gigi, tulang alveolar tidak menerima tekanan fungsional, sehingga memicu proses resorpsi. Studi menunjukkan bahwa resorpsi dapat menyebabkan perubahan bentuk dan ukuran lengkung rahang, yang berdampak pada retensi dan stabilitas gigi tiruan

2. Faktor Sistemik

Kondisi sistemik seperti diabetes melitus dapat mempercepat proses resorpsi tulang. Hiperglikemia kronis meningkatkan aktivitas hormon paratiroid, yang merangsang osteoklas dan mempercepat resorpsi tulang

3. Jenis Kelamin dan Usia

Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki memiliki rerata kehilangan tulang yang lebih besar dibandingkan perempuan. Selain itu, usia lanjut juga berkontribusi terhadap peningkatan resorpsi tulang, terutama pada individu yang telah mengalami menopause

Dampak Klinis Resorpsi Tulang Rahang

Resorpsi tulang rahang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mulut dan kualitas hidup pasien:​

  • Kesulitan dalam Pembuatan Gigi Tiruan: Perubahan bentuk dan ukuran lengkung rahang akibat resorpsi menyulitkan pembuatan gigi tiruan yang stabil dan retentif.​
  • Penurunan Estetika Wajah: Resorpsi tulang dapat menyebabkan perubahan kontur wajah, seperti penurunan tinggi wajah bagian bawah dan penonjolan dagu.​
  • Gangguan Fungsi Pengunyahan dan Bicara: Kehilangan struktur tulang mendukung dapat mengganggu fungsi pengunyahan dan artikulasi bicara.​

Penanganan dan Pencegahan

1. Cangkok Tulang (Bone Grafting)

Prosedur ini melibatkan penambahan material tulang, baik dari tubuh pasien sendiri (autograft), donor (allograft), atau bahan sintetis, ke area yang mengalami resorpsi untuk merangsang pertumbuhan tulang baru.​

2. Terapi Regeneratif

Menggunakan faktor pertumbuhan atau sel punca untuk merangsang regenerasi jaringan tulang yang hilang. Pendekatan ini masih dalam tahap penelitian dan pengembangan, tetapi menunjukkan potensi yang menjanjikan.​

3. Penggunaan Implan Gigi

Pemasangan implan gigi segera setelah pencabutan dapat membantu mempertahankan volume tulang alveolar dengan memberikan stimulasi mekanis yang mirip dengan gigi alami.​

4. Perawatan Ortodontik yang Terkontrol

Perencanaan dan pelaksanaan perawatan ortodontik yang hati-hati, dengan monitoring rutin, dapat mencegah tekanan berlebih pada gigi dan jaringan pendukungnya, sehingga mengurangi risiko resorpsi tulang.

Referensi

Rizki, A., et al. (2018). Hubungan antara bentuk dengan ukuran linggir alveolar pada model studi pasien edentulus penuh. Jurnal Kedokteran Gigi, 30(1), 1-7.​

Sipayung, R., et al. (2018). Hubungan bentuk lengkung rahang dan wajah berdasarkan jenis kelamin pada pasien edentulus penuh. Jurnal Kedokteran Gigi, 30(1), 8-14.​