Artikel

Kenapa Dokter Gigi Kadang Harus Menunda Atau Menolak Cabut Gigi?

Kenapa Dokter Gigi Kadang Harus Menunda Atau Menolak Cabut Gigi?

Kadang kita datang ke dokter gigi dengan harapan cepat dicabut, tapi malah dicegah. Ini bukan soal dokter sok tahu, tapi demi keselamatan kamu. Yuk, kita bahas alasan, risikonya, dan kenapa penting sabar dulu.

1. Infeksi akut atau peradangan berat di mulut

  • Infeksi gigi dan gusi (abses, gingivitis parah, periodontitis akut) dapat menyebar jika ekstraksi dilakukan dalam kondisi akut. Jika, saat pemeriksaan kamu sedang bengkak, sakit parah, atau demam—artinya sedang ada infeksi, misalnya abses atau perikoronitis (infeksi di sekitar gigi bungsu). Dokter akan menunda tindakan, terlebih jika ada demam atau zona inflamasi aktif
  • Dokter akan memberikan antibiotik, drainase, dan menunggu kondisi stabil sebelum pencabutan, guna mencegah komplikasi sistemik

2. Kondisi sistemik pasien yang tidak terkontrol

Jika kamu punya penyakit seperti diabetes nggak terkendali, hipertensi tinggi, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal, jantung, atau sedang kemoterapi/steroid, kondisi tersebut akan meningkatkan risiko infeksi dan mengganggu penyembuhan.

Risiko jika tetap dipaksakan:

  • Perdarahan ekstrem, sulit berhenti—khususnya untuk pengguna antikoagulan atau gangguan pembekuan.
  • Sembuh lama, luka rentan infeksi.
  • Tekanan dari pencabutan bisa memicu syok, serangan jantung, atau komplikasi medis serius.

Sering kali pasien harus dirujuk ke dokter spesialis atau menjalani pemeriksaan lanjutan sebelum tindakan ekstraksi bisa dilakukan .

3. Kehamilan (terutama trimester pertama dan ketiga)

Dalam trimester pertama, organ janin sangat rentan. Cabut gigi bisa meningkatkan risiko pada janin, terutama bila dibarengi manipulasi dan anestesi lokal. Anestesi dan manipulasi bisa menyebabkan stres janin atau pemicu kontraksi dini.  Dokter biasanya menunda ekstraksi hingga trimester kedua atau setelah persalinan

4. Alergi terhadap anestesi atau bahan lain

Jika ada riwayat alergi (misalnya lidokain, benzokain, artikaine), dokter harus menilai ulang alat dan metode anestesi. Kesalahan bisa berisiko syok anafilaktik

5. Gigi atau kondisi lokal yang belum siap (kontraindikasi lokal)

  • Infeksi perikoronal akut: gigi sebagian timbul (impaksi) yang sedang meradang. Ekstraksi langsung bisa memperburuk infeksi. Sebaiknya ditunda dan diobati
  • Terapi radiasi sebelumnya mengakibatkan risiko osteoradionekrosis jika ekstraksi dilakukan. Harus konsultasi dulu ke onkolog/dokter radiasi
  • Fraktur di alveolus atau tulang rahang: cabut gigi bisa merusak stabilitas struktur. Terkadang perlu ditunda atau dikombinasi dengan intervensi bedah

Mengapa Penting Menunda atau Menolak Ekstraksi?

  1. Kurangi risiko infeksi sistemik – infeksi lokal bisa menyebar ke tulang, memicu abses, bahkan sepsis.
  2. Perbaiki proses penyembuhan – misalnya pada diabetes, luka sembuh lambat dan ada risiko infeksi.
  3. Hindari komplikasi serius – seperti osteoradionekrosis atau syok anaerob pada alergi.
  4. Perlindungan bagi janin – terutama dalam kehamilan awal.
  5. Pasien mendapat informasi dan edukasi – misalnya kemungkinan alternatif seperti perawatan saraf, antibiotik, atau prostetik gigi.

Apa yang Harus Dilakukan Pasien?

  1. Beri tahu semua kondisi medis ke dokter gigi (alergi, keluhan jantung, gula darah, kehamilan, kanker, radiasi).
  2. Ikuti rekomendasi seperti cek laboratorium atau rujukan ke spesialis jika diminta.
  3. Sebelum pencabutan, perbaiki kondisi lokal: konsumsi antibiotik, bersihkan infeksi.
  4. Pahami bahwa tujuan dokter adalah mencegah komplikasi, bukan menolak tanpa alasan medis.
  5. Jika dokter menunda, tanyakan alternatif penanganan sementara seperti kontrol infeksi atau penanganan gigi berlubang.

Referensi

Rini Astuti & Mokhtar S. “IbM UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Dasar).” Jurnal Balireso, vol. 3, no. 2, 2018.

Inra dkk. Studi Makassar: “28 % kasus penundaan pencabutan gigi karena hipertensi.” 2013.

Siska Amira dkk. “Pengetahuan pasien tentang kontraindikasi pencabutan gigi di RSAU Lanud Iswahjudi.” Indonesian Journal of Health and Medical, vol. 2, no. 4, Okt 2022.

Jurnal RSGM Unsrat & Poltekkes Manado: gambaran kontrakindikasi lokal dan sistemik. 2022, 2013.

Jurnal Poltekkes DKI: “Ekstraksi gigi permanen dan minat penggunaan gigi tiruan.” diterima 11 Apr 2025, online 25 Apr 2025.