Jl. Deles Indah Km 2
Kebonarum, Klaten
Artikel
Bahaya Tersembunyi Di Balik Tambalan Gigi Yang Rusak: Kenali Risikonya Sebelum Terlambat!

Bahaya Tersembunyi Di Balik Tambalan Gigi Yang Rusak: Kenali Risikonya Sebelum Terlambat!
Mengapa Gigi dengan Tambalan yang Rusak Tak Boleh Sembarangan Ditambal?
1. Struktur Gigi yang Kompleks
Gigi tidak hanya terdiri dari lapisan keras seperti email dan dentin, tetapi di bagian dalamnya terdapat pulpa—jaringan lunak yang berisi saraf dan pembuluh darah. Jika lubang pada gigi terlalu dalam hingga mencapai pulpa, tindakan tambal tanpa perawatan lebih lanjut bisa menyebabkan infeksi tersembunyi. Bukannya sembuh, justru kerusakan akan meluas tanpa terlihat dari luar.
2. Risiko Peradangan Akut (Pulpitis dan Abses)
Ketika gigi berlubang parah langsung ditambal, bakteri yang masih tersisa di dalam bisa terus berkembang biak. Hal ini menyebabkan peradangan pada pulpa (pulpitis) yang bisa sangat menyakitkan. Jika dibiarkan, infeksi akan meluas membentuk abses—kantung nanah di ujung akar gigi—yang menimbulkan nyeri hebat, wajah membengkak, hingga sulit membuka mulut.
3. Kemungkinan Gigi Mati
Infeksi parah yang menyerang pulpa bisa menyebabkan saraf gigi mati. Awalnya, pasien mungkin merasa sakit luar biasa, namun tiba-tiba rasa sakit hilang. Ini sering disalahartikan sebagai tanda sembuh, padahal sebenarnya gigi sudah mati dan infeksi terus menyebar ke tulang sekitar akar. Gigi seperti ini rentan rapuh dan akhirnya harus dicabut.
Apa yang Terjadi Jika Malah Ditambal Paksa?
1. Infeksi Terperangkap dan Memburuk
Tambalan seperti “penutup kedap udara.” Jika gigi yang berlubang belum dibersihkan sempurna, maka kuman akan terperangkap di dalam. Mereka tetap aktif dan menghasilkan gas serta racun yang menyebabkan tekanan dalam gigi meningkat. Ini bisa memicu rasa sakit hebat beberapa hari setelah tambalan dan pembengkakan yang mengganggu aktivitas.
2. Pencabutan Gigi
Ketika peradangan sudah tidak bisa dipulihkan, gigi mengalami pulpitis irreversible. Dalam kondisi ini, tambalan tidak akan membantu—justru akan memperparah nyeri. Gigi perlu dibersihkan seluruh saluran akarnya melalui perawatan saluran akar (PSA). Jika sudah terlambat, pilihan terakhir hanyalah pencabutan.
3. Maloklusi dan Kerusakan Fungsi Makan
Tambalan yang tidak sesuai bentuk anatomi gigi bisa membuat gigi atas dan bawah tidak bertemu dengan baik saat menggigit. Akibatnya, makanan lebih mudah terselip dan mengiritasi gusi. Jika dibiarkan, bisa memicu gangguan sendi rahang, nyeri kepala, dan kelelahan otot wajah saat mengunyah.
4. Sensitivitas Berkepanjangan
Setelah tambal, rasa ngilu terhadap makanan panas atau dingin memang wajar dalam beberapa hari. Namun, jika sensitivitas berlangsung berminggu-minggu, bisa jadi tambalan terlalu dekat dengan saraf atau tidak menutup lubang secara sempurna. Ini menjadi tanda bahwa infeksi masih tertinggal atau tambalan harus dievaluasi ulang.
5. Risiko Sistemik Lebih Luas
Infeksi gigi yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebar ke organ lain. Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara infeksi kronis pada gigi dengan penyakit jantung, komplikasi pada penderita diabetes, dan infeksi saluran pernapasan. Jadi, urusan tambal-menambal bukan hanya soal mulut saja, tapi juga berdampak sistemik.
Solusi Aman & Cara Mencegah
1. Perawatan Saluran Akar Sebelum Tambal
Jika lubang gigi sudah mencapai pulpa, dokter biasanya menyarankan perawatan saluran akar (PSA) terlebih dahulu. Prosedur ini bertujuan membersihkan seluruh saluran gigi dari jaringan yang terinfeksi sebelum menutupnya dengan tambalan atau mahkota gigi. Ini adalah prosedur wajib untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Jangan Menunda Perawatan
Sering kali pasien baru datang saat gigi sudah sangat sakit. Padahal, lubang kecil bisa dengan mudah ditangani tanpa perlu PSA atau pencabutan. Pemeriksaan rutin membantu mendeteksi kerusakan lebih awal dan menghindari biaya serta prosedur yang lebih kompleks.
3. Kunjungan Rutin ke Dokter Gigi
Pemeriksaan gigi rutin dua kali setahun sangat penting untuk mendeteksi tambalan lama yang mungkin mulai rusak, lubang kecil baru, atau tanda-tanda infeksi sebelum menjadi parah. Ini merupakan langkah paling murah dan mudah untuk menjaga kesehatan gigi seumur hidup.
4. Perbaiki Kebiasaan Harian
Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi dua kali sehari, memakai benang gigi, serta mengurangi makanan manis adalah langkah utama mencegah gigi berlubang. Gunakan pasta gigi berfluoride dan perbanyak minum air putih agar produksi air liur tetap optimal untuk melindungi gigi.
Menambal gigi yang sudah parah tanpa prosedur yang tepat bukan solusi, melainkan awal dari masalah besar. Infeksi bisa tersembunyi, berkembang, dan menyebar luas. Agar gigi tetap sehat dan tidak kehilangan fungsi, pastikan mendapat penanganan sesuai standar: bersihkan dulu, baru tambal. Jangan hanya cari yang cepat dan murah, tetapi pikirkan efek jangka panjangnya. Lebih baik mencegah daripada menyesal!
Referensi
Dewi, N. L. P. S., et al. (2020). “Efektivitas Perawatan Saluran Akar pada Gigi dengan Karies Parah.” Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Udayana, 19(1), 28-34.
Rizky, A. P., & Putri, D. K. (2021). “Penatalaksanaan Abses Periapikal akibat Karies Lanjut.” Jurnal Ilmu Kesehatan Gigi, 10(2), 45-51.
Yuliani, R., & Sari, D. (2019). “Hubungan Kesehatan Gigi dan Penyakit Sistemik.” Jurnal Riset Kesehatan Mulut, 7(3), 112-117.
Prasetyo, B., et al. (2022). “Evaluasi Tambalan Resin Komposit Berdasarkan Kedalaman Karies.” Jurnal Dental Therapy, 3(1), 20-26.
Astuti, L., & Wahyuni, D. (2018). “Pulpitis Irreversibel dan Alternatif Terapi.” Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi, 15(2), 87–93.